Khalifah Harun ar-Rasyid mengajarkan kepada al-Ashma'i tentang prinsip-prinsip dan kaidah nahi munkar terhadap penguasa (pejabat).
Suatu ketika seorang da'i yang tidak mengetahui sedikit pun tentang prinsip- prinsip itu mendatangi khalifah dan menasihatinya dengan
kata-kata keras dan kasar. Meskipun ar-Rasyid menyenangi para ulama dan sering duduk-duduk bersama sambil mendengarkan nasihat mereka,
lain halnya dengan seorang yang satu ini.
Ar-Rasyid berkata kepadanya, "Cobalah engkau berbicara dengan baik dan objektif kepadaku."
Da'i itu menjawab, "Itu adalah yang paling minimal bagimu."
Ar-Rasyid, "Cobalah beritahu kepadaku siapa yang lebih jahat, aku atau Fir'aun?"
Sang da'i, "Fir'aun."
Ar-Rasyid, "Siapakah yang lebih baik, engkau atau Musa bin Imran?" Sang da'i, "Musa."
Ar-Rasyid, "Apakah engkau tidak tahu ketika Allah SWT mengutus Musa dan saudaranya Harun kepada Fir'aun? Allah berpesan kepada keduanya,
"Maka bicaralah kamu berdua kepadanya dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut."
Sang da'i, "Ya, aku tahu."
Ar-Rasyid, "Itu adalah Fir'aun yang penuh dengan kesombongan dan kezaliman, sementara engkau datang kepadaku dengan keadaan begitu. Aku melaksanakan kewajiban-kewajibanku terhadap Allah, aku hanya menyembah kepada Allah. Aku menaati hukum-hukum, perintah dan larangan-Nya, sedangkan engkau menasihatiku dengan nada yang keras dan kata-kata yang kasar tanpa tata krama dan akhlak. Engkau tidak akan aman dan selamat jika aku menangkapmu. Dan jika engkau telah menawarkan jiwamu, berarti engkau sudah tidak memerlukannya lagi." Sang da'i, "Aku telah bersalah, wahai Amirul Mukminin dan aku minta maaf." Ar-Rasyid, "Semoga Allah mengampunimu." Kemudian Khalifah memberinya uang dua puluh ribu dirham, tetapi sang da'i menolak menerimanya.
Dari Berbagai Sumber.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan komentari...